Cerdas Memilih Calon Suami


Urusan jodoh memang urusan gampang-gampang susah.

Jodoh tak memandang cantik, jelek, kaya, atau miskin. Terkadang wanita yang tidak cantik cepat mendapat jodoh. Sebaliknya, yang cantik justru terkadang lambat jodohnya.

Jodoh, rizqi, dan maut memang misteri yang hanya menjadi urusan Allah SWT dan telah Dia gariskan. Jadi, kalau bukan jodoh, ada saja sebabnya. Orangtua termasuk dapat menjadi salah satu faktornya.

Menyikapi masalah jodoh, tetap saja, yang terbaik adalah menyerahkan urusan ini kepada Allah SWT dan orangtua. Orang tua pasti akan memilihkan jodoh yang terbaik untuk anak-anaknya.

Tentang orangtua Anda yang melarang Anda berdekatan dengan teman laki-laki, justru itulah anjuran agama kepada para orangtua, agar tak terjerumus ke dalam dosa, seperti berpacaran, apalagi perzinaan. Na’udzubillah!

Mengenai neraca atau pertimbangan dalam memilih calon suami, jika kita mengikuti tuntutan Nabi SAW, sebenarnya hanya pada dua hal, yaitu agama dan akhlaqnya, berdasarkan sabda Nabi SAW:

قال رسول الله صل الله عليه وسلم اذا خطب اليكم من ترضونه دينه وخلقه فزوجوه إلا تفعلوا تكن فتنة في الارض و فساد عريض (رواه الترمذي

“Jika seorang laki laki yang kalian rela akan agama serta akhlaqnya datang meminang (anak atau kerabat perempuan kalian), nikahkanlah ia. Jika kalian tidak melakukannya, niscaya akan menjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” (HR At-Turmudzi).

Selain dua hal tersebut, seperti pertimbangan materi, ketampanan, dan lain-lain, pahamilah bahwa itu sifatnya hanya sementara.

Rasulullah SAW bahkan menggolongkannya sebagai sesuatu yang harus kita waspadai dan hindari. Sebab segala macam kejahatan berpangkal dari hubbuddunya, atau cinta dunia. Apalagi yang akan kita amanatkan kepadanya adalah anak perempuan kita, yang tentunya lebih berharga daripada materi apa pun.

Jika pertimbangan kita didasarkan pada materi atau ketampanan saja tanpa diiringi dengan pertimbangan agama dan akhlaq, bagaimana jadinya anak perempuan kita itu di kemudian hari?

Berapa banyak wanita yang asalnya wanita shalihah, sesudah menikah dengan orang semacam itu sifatnya berubah total. Awalnya berjilbab, setelah menikah jilbab dilepas.

Awalnya rajin shalat, setelah menikah shalatnya bolong-bolong. Atau mungkin bahkan ada yang sampai meninggalkannya sama sekali. Na’udzubillah min dzalik.

Dengan demikian, jangan menerima pinangan hanya karena terbuai keadaan duniawi, tanpa memandang agama dan akhlaqnya.


Baca Juga: Nafkah Suami Terhadap Istri Menurut Islam.

Nabi SAW mengatakan, pertimbangan dunia tanpa dikaitkan dengan kepentingan akhiratnya menyebabkan seseorang akan mendapatkan hal sebaliknya, sebagaimana tersirat dalam hadits berikut:

قال رسول الله صل الله عليه وسلم من تزوج امراة لعزها لم يزد الله الا ذلا ومن تزوج امراة لمالها لم يزد الله الا فقرا ومن تزوج امراة لحسبها لم يزد الله الا دنأة ومن تزوج امراة ليغض بصره ويحصن فرجه او يصل رحمه بارك الله له فيها وبارك لها فيه (رواه ابن حبان

“Barang siapa mengawini seorang wanita karena kemuliaannya, Allah SWT akan memberikannya kehinaan. Barang siapa mengawini seorang wanita karena hartanya, Allah SWT akan memberikannya kefakiran. Barang siapa mengawini seorang wanita karena kehormatan keluarganya, Allah SWT akan memberikan kerendahan. Sedangkan jika seseorang mengawini seorang wanita dengan tujuan untuk memejamkan matanya dan menjaga kemaluannya (dari hal yang diharamkan) atau untuk menyambung tali silaturahim, Allah SWT akan memberikan keberkahan dalam kepada kedua mempelai.” (HR Ibnu Hibban).

Sumber: http://alhabibsegafbaharun.com



EmoticonEmoticon